banyak hal-hal kecil yang kadang terlewatkan saat kita sedang termenung; ternyata semua itu dapat menjadi sesuatu yang menarik saat disajikan dengan cara yang tepat ALI SUYANTO HERLI (Blog's owner)
Jumat, 13 September 2013
Percikan Permenungan :
BANGGA
Oleh : Ali Suyanto Herli
Setiap orang mempunyai cara yang
berbeda-beda dalam mengartikan suatu rasa bangga. Ada yang merasa bangga jika
karirnya melesat tinggi. Ada yang merasa bangga jika hartanya bertambah banyak.
Ada yang bangga saat mendapatkan pasangan hidup yang pandai, tampan dan kaya
raya. Ada lagi yang bangga saat anaknya menjadi juara suatu perlombaan. Dan ada
banyak sebab lain yang dapat membuat setiap orang merasa bangga.
Rasa
bangga adalah alami sifatnya, dapat muncul tanpa disadari. Dapat terjadi di
segala tempat dan berbagai macam peristiwa. Para motivator seringkali
menekankan perlunya kita mempunyai semangat hidup yang tinggi agar dapat
mencapai suatu hasil atau tujuan yang dapat dibanggakan kelak. Dalam ilmu
psikologi, rasa bangga itu dianggap sebagai suatu energi yang positif.
Bangga
adalah kata sifat. Menurut kamus besar Indonesia, bangga adalah besar hati atau
merasa gagah karena mempunyai keunggulan.
Orang
yang tidak mempunyai rasa bangga umumnya akan merasa rendah diri, dan hal ini
adalah suatu energi yang negative. Karyawan yang tidak mempunyai kebanggan
bekerja pada suatu perusahaan tidak akan memberikan hasil kerja yang optimal.
Pemilik usaha yang tidak mempunyai kebanggaan pada nilai-nilai usaha dan budaya
perusahaannya, maka usaha itu hanya akan menjadi bonsai di tanah gersang yang
tidak subur.
Pejabat
yang tidak mempunyai kebanggaan pada integritas dan kompetensi jabatan yang
diembannya, wakil-wakil rakyat yang tidak bangga pada semangat mewakili dan memperjuangkan aspirasi rakyat, pemimpin
bangsa yang tidak mempunyai kebanggaan pada kebesaran negerinya, dan aparat
hukum yang tidak mempunyai kebanggaan pada upaya penegakan hukum, maka hanya
akan menghasilkan kondisi pemerintahan yang ‘asal jalan’ saja.
Singkatnya
rasa bangga itu harus dan positif.
Bangga Semu
Namun, disamping rasa bangga yang
memang wajar seperti contoh di atas tadi, ada pula rasa bangga yang disebabkan
oleh hal-hal yang kurang wajar. Hal-hal yang secara etika moral atau secara
aturan normatif dianggap salah, atau jahat, atau buruk, dapat dianggap sebagai
suatu hal yang membuat kita harus bangga.
Mengapa
dapat terjadi peristiwa ironis seperti itu? Mungkin karena pergeseran
nilai-nilai budaya di dalam masyarakat yang dapat terjadi setiap hari secara
akumulatif terus menerus, karena gempuran pengaruh budaya-budaya asing dari
luar yang tidak tersaring dengan baik, maka tanpa disadari semua keanehan itu
sudah menjadi suatu kebiasaan yang wajar dan layak. Ukuran moral yang bergeser.
Misal budaya kapitalisme dan materialisme yang tanpa disadari telah hadir di
sekitar kita. Orang lebih mengagungkan materi daripada lainnya.
Pada
tahun 1920an kebiasaan merokok belumlah dianggap sebagai hal yang tidak sehat,
namun kini sejalan dengan meningkatnya kesadaran manusia akan kesehatan, budaya
merokok cenderung dipandang sebagai kebiasaan yang tidak etis. Iklan-iklan
rokok mulai dibatasi di beberapa media, tempat merokok mulai dibatasi, dan
dengan peringatan resiko rokok di kemasannya.
Hal-hal
yang baik dari suatu budaya dapat kita ambil disesuaikan dengan adat istiadat
setempat, tetapi hal-hal yang tidak pantas dengan budaya kita seharusnya kita
tinggalkan saja.
Contoh
dari peristiwa ironis tersebut misalnya para terpidana kasus-kasus korupsi yang
saat diwawancara selalu tampil bahagia, tersenyum dan bangga dengan kondisinya.
Apalagi jika mereka dikawal sederet para pengacara hebat, maka rasa percaya
diri itu makin kuat terpancar dari raut wajahnya. Tidak tampak wajah sedih dan
menyesal. Kasus korupsi yang seharusnya memalukan di negeri-negeri lain (kadang
berakhir dengan bunuh diri), namun dapat menjadi suatu kebanggaan bagi beberapa
orang di negeri ini. Korupsi adalah merampok hak kesejahteraan dan hak
kepandaian rakyat banyak demi suatu ego yang rakus akan materi melalui
cara-cara tidak bermoral dan illegal.
Contoh
lain yang masih aktual adalah seorang selebriti yang saat diwawancara dalam
suatu acara infotainment televisi tampil dengan bahasa yang sok pandai mencomot kata-kata canggih sana-sini dan
asing di dalam kalimatnya. Ini adalah orang yang bangga dengan ketidak-tahuannya. Orang yang
ingin tampil seolah-olah dianggap pandai.
Penggunaan
kata-kata aneh itu tidak tepat secara struktur maupun secara tata bahasa,
bahkan tidak ada konteks terhadap substansi kalimat secara keseluruhan, maka
akhirnya kalimat itu menjadi kalimat super aneh. Istilah-istilah aneh seperti
‘labil ekonomi’, ‘konspirasi kemakmuran’, ‘twenty
nine my age’ patut dipertanyakan apa maksudnya supaya tidak merusak
semangat menjunjung tinggi bahasa persatuan kita di Sumpah Pemuda.. Akhirnya
semua ini tentu menjadi bahan olok-olok di masyarakat luas. Tragis.
Satu
contoh lagi, banyak para orang tua yang bangga manakala anak-anaknya yang masih
di bawah usia dewasa telah mampu mengendarai kendaraan bermotor, baik roda dua
maupun roda empat. Ditambah fakta bahwa membeli sepeda motor dan mobil semakin
mudah saat ini, karena banyaknya lembaga pembiayaan yang siap membantu dengan
uang muka yang sangat rendah sekali.
Apalagi
bila ada yang memuji si anak, maka rasa bangga itu akan makin berlipat-lipat
bagai suatu pembenaran atas percobaan itu. Namun apa yang akan terjadi manakala
si anak yang belum memiliki SIM (Surat Ijin Mengemudi) nekat membawa kendaraan
roda empatnya di jalan raya lalu menyebabkan kecelakaan fatal yang menimbulkan
beberapa korban tewas? Penyesalan? Atau masih ada rasa bangga itu?
Perasaan
yang timbul kemudian adalah rasa empati bagi semua pihak. Kita prihatin dan
menyesali insiden kecelakaan itu. Kita berharap agar kecelakaan-kecelakaan
seperti ini tidak terjadi lagi di masa depan. Semoga bagi semua korban
kecelakaan itu dapat segera pulih, sehingga mereka dapat beraktivitas kembali
seperti sebelumnya. Semoga putra-putri kita dapat tumbuh dewasa secara sehat
jasmani dan rohani sampai kelak mereka menjadi pribadi-pribadi dewasa yang
kritis dan mempunyai karakter yang bermoral baik.
Uang
Uang memang dapat merubah watak
dan karakter orang. Ada orang yang saat miskin, hidupnya susah dan rendah hati,
namun saat tiba-tiba menjadi kaya raya hidupnya berubah 180 derajat. Ada.
Makanya sering kita dengar istilah borjuis yang mengacu kepada makna orang kaya
baru. Orang yang baru kaya umumnya kaget dan tidak siap dengan kejutan budaya.
Sering kita mendengar juga istilah Jawa ‘kere
munggah bale’ yang maknanya mirip dengan orang miskin yang tiba-tiba kaya.
Contoh
sederhana dapat dilihat di jalan raya. Banyak orang mampu membeli mobil
baru yang mahal, namun sedikit dari
mereka yang mampu tampil dengan beradab saat mengendarai kendaraannya di jalan
raya. Banyak dari mereka yang mengendarai mobilnya dengan sembrono, sehingga
seringkali terjadi musibah tabrakan yang memakan korban jiwa. Bunyi klakson pun
saling beradu di setiap kemacetan seolah hanya dengan suara klakson itu dapat
menyelesaikan persoalan macet. Klakson juga seolah representasi para ego snob yang saling berteriak adu keras.
Dalam
posisi hidup sangat sederhana dimana segala kemungkinan hidup serba terbatas,
kemungkinan untuk ‘aneh-aneh’ nyaris sangat tipis. Jarang terdengar orang miskin
pesta narkoba di hotel berbintang. Atau orang miskin membeli mobil mahal untuk
anaknya. Persoalannya memang bukan disini. Persoalan itu mulai muncul manakala
banyak orang menjadi lebih kaya dan bingung dengan pola hidup barunya.
Kalau
orang sederhana selalu bertanya, “Apakah saya makan hari ini?” Maka orang kaya
punya pilihan pertanyaan lebih banyak, “Makan apa saya hari ini?” Sudah ada
pilihan menu makanan. Atau, “Makan dimana saya hari ini?” Pilihannya mulai
melebar ke restoran. Dan bisa juga, “Makan siapa saya hari ini?” Si A? Si B?
Atau si C?
Karena
uang bukan lagi masalah bagi orang kaya, maka segala permintaan dari setiap
anggota keluarga dapat terpenuhi. Maka tidaklah heran sekarang banyak anak
kecil sudah membawa beberapa telepon genggam android sekaligus. Harga gadget
baru yang mencapai sekitar Rp 7,5 juta per unit itu identik dengan uang makan
beberapa bulan bagi sebuah keluarga sederhana.
Karena
uang juga bukan masalah, maka di sekolah-sekolah seperti SMP dan SMA di halaman
parkir kendaraannya penuh dengan motor dan mobil. Para siswa yang belum
memiliki SIM itu membawa sendiri kendaraan untuk pulang pergi. Siapa yang
membelikan kendaraan itu? Orang tuanya.
SIM (Surat Ijin Mengemudi)
Setiap orang yang akan
mengendarai kendaraan di jalan raya wajib memiliki SIM terlebih dahulu. Untuk
sepeda motor roda dua wajib memiliki SIM C. Untuk mobil wajib memiliki SIM A
atau B sesuai spesifikasi kendaraan yang akan digunakan nanti. Ketentuan SIM (driving license) ini berlaku di semua
negara di dunia. Bahkan ada SIM International untuk ijin mengemudi kendaraan di
negara lain.
Umumnya
setiap ada razia atau pemeriksaan kendaraan di jalan raya oleh polisi, maka
dokumen yang diminta untuk diperlihatkan adalah SIM dan STNK (Surat Tanda Nomor
Kendaraan). Para aparat hukum seperti militer pun juga tidak luput dari
pemeriksaan kendaraan dinas secara berkala yang dilakukan oleh polisi militer.
Artinya, secara regulasi semuanya sudah diatur dengan baik.
SIM
berlaku untuk masa 5 (lima) tahun. Bila telah jatuh tempo, maka si pemohon
harus memperpanjang SIM tersebut melalui beberapa syarat yang telah ditentukan.
Seseorang yang telah lulus dan memiliki SIM dapat saja dicabut kembali atau
dibatalkan kartu SIM-nya jika terdapat atau terjadi hal-hal yang dianggap fatal,
misalnya terjadi suatu pelanggaran fatal sehingga timbul kecelakaan yang
mengakibatkan jatuhnya korban tewas. Pencabutan SIM si pelaku itu dengan
pertimbangan agar tidak membahayakan pengguna jalan raya lainnya.
Untuk
memiliki SIM seseorang harus melalui berbagai ujian tertulis dan ujian praktek
di kantor pengurusan SIM dimana domisili hukumnya berada. Untuk membuat SIM,
seseorang harus memiliki KTP (Kartu Tanda Penduduk) terlebih dahulu. Makanya
seseorang harus sudah dianggap dewasa dahulu, siap secara fisik dan mental,
maka yang bersangkutan dapat mengikuti proses pemilikan SIM.
Namun
itu juga bukan berarti bahwa setiap orang yang telah dewasa atau memiliki KTP
secara otomatis berhak untuk memiliki SIM. Ada beberapa pertimbangan tertentu
yang dapat menyebabkan orang dewasa gagal memiliki SIM, misalnya faktor
kompetensi mengemudi yang tidak baik atau misal lain bahwa yang bersangkutan
memiliki cacat fisik yang mengakibatkan tidak mampu mengendarai sepeda motor
atau mobil secara benar dan aman.
Jika
memaksakan memberi SIM kepada orang dengan kualifikasi demikian, maka hanya
akan menimbulkan resiko lebih parah terhadap keselamatan orang lain.
Keselamatan kita di jalan raya bergantung kepada faktor internal yang timbul
dari kesiapan kondisi kendaraan kita dan kondisi kemampuan fisik kita sendiri,
dan faktor eksternal yang timbul dari pengguna jalan raya lain.
Untuk
tidak menabrak pengguna jalan raya lainnya adalah masih mudah. Jalan hati-hati
senantiasa awas melihat depan-belakang-kiri-kanan, tidak melebihi batas
kecepatan dan selalu siaga menginjak pedal rem. Tetapi untuk menghindari
ditabrak oleh pengemudi lain dalam kondisi jalan raya saat ini yang jauh lebih
padat dan kompleks dibandingkan beberapa puluh tahun silam adalah suatu hal
yang muskil. Kecelakaan adalah kecelakaan, tanpa memandang menabrak atau
ditabrak, jika telah terjadi akibat kerusakannya tetap sama. Pusing.
Moral
Sebagai orang tua di jaman ‘edan’
seperti sekarang ini memang tidak mudah. Jika orang tua sendiri tidak tahu dan
tidak sadar, bagaimana mungkin mereka dapat memberi tahu dan menyadarkan
anak-anaknya? Tentu tidak mungkin. Tuntutan hidup yang makin tinggi, beban
hidup yang makin berat, dan kondisi
budaya yang cepat berubah telah membuat tugas setiap orang tua jauh tambah
sulit. Kadang orang tua berpikir dengan hanya menyekolahkan atau memberi materi
uang kepada anak, maka tugas dan fungsi orang tua telah selesai. Padahal jauh
dari itu. Makanya pihak sekolah seringkali mengundang para orang tua murid
untuk bertemu dan berdiskusi dalam metode pembinaan siswa.
Namun,
jika kita sebagai orang tua tahu dan sadar akan nilai-nilai itu, maka wajib
hukumnya untuk mendidik anak-anak dengan nilai moral yang benar. Ajarkan anak
pada nilai-nilai kemanusiaan yang lebih mengutamakan pada perbuatan baik
daripada mendewakan materialisme semata. Bukan semata pada aspek salah atau
benar saja, tetapi juga pada aspek baik atau buruk dan pantas atau tidak
pantas.
Ada
sebuah kata bijaksana yang mungkin bernilai buat kita semua. Do not educate your children to be rich.
Educate them to be happy. So when they grow up, they’ll know the value of
things, not the price. Jangan ajari anakmu jadi kaya. Didiklah mereka agar
bahagia. Jadi saat mereka dewasa nanti, mereka akan tahu nilai setiap hal, bukan harga
dari setiap hal.
Kebanggaan
itu adalah jika anak-anak belajar dengan sungguh-sungguh, lulus dengan nilai
baik lalu mandiri tidak bergantung pada orang lain atau pada pemerintah sekali
pun. Atau bahkan si manusia dewasa itu nanti mampu berkarya secara positif bagi
orang-orang di sekitarnya, atau bahkan bagi nusa bangsanya, dan bagi dunia ini.
Berilah
contoh figur sukses seperti Steve Jobs dan Bill Gates yang mampu merubah
paradigma dan cara kerja dunia terhadap penggunaan teknologi saat ini. Mereka
kaya raya, namun mereka juga sekaligus sosial dengan rutin memberi sumbangan
finansiil setiap tahunnya kepada para penduduk di dunia ketiga. Steve Jobs (almarhum) dan Bill Gates tidak
perlu mengendarai sendiri mobilnya untuk mendapatkan pengakuan sebagai orang
hebat dan pandai. Mereka bahkan dapat memperkerjakan banyak supir sekaligus
untuk memenuhi kebutuhan seluruh kantornya di seluruh dunia. Mereka dengan
kekayaannya mampu untuk membeli mobil mewah merek apa pun juga, atau bahkan
mampu untuk membeli pabriknya sekaligus.
Atau
figur seperti Bunda Teresa yang jauh dari kesan kaya, namun aksi-aksi
kemanusiaannya di India terhadap para orang papa dan tersingkirkan selalu
dikenang oleh banyak orang di seluruh dunia. Bahkan untuk tingkatan seperti
Bunda Teresa, setiap kebaikan itu tidak perlu diiringi oleh rasa bangga. Setiap
orang harus berbuat kebaikan kepada sesamanya karena alasan humanisme universal, dan tidaklah perlu
kita lantas menjadi bangga (atau kemudian sombong) atas kebaikan kita tersebut.
Masyarakat
era kini memang lebih mengutamakan tampilan fisik serba luar yang ‘waahhh’ daripada apa yang terpancar dari
dalam diri secara tulus dan jujur. Masyarakat yang ingin serba instant pada hasil hebat, dan selalu
malas pada proses panjang. Mari kita (coba) merenungkan kembali makna hidup
ini, apa tujuan hidup kita.
Hidup
haruslah memberi makna (yang positif) bagi sesama kita. Hidup bukanlah ajang
mencari rasa bangga dari orang lain, apalagi rasa bangga yang keliru.
Terima
kasih.
Rabu, 11 September 2013
Percikan Permenungan : Jangan Ada ‘Mempertakut’ di Antara Kita Oleh : Al...
Percikan Permenungan : Jangan Ada ‘Mempertakut’ di Antara Kita Oleh : Al...: Jangan Ada ‘Mempertakut’ di Antara Kita Oleh : Ali Suyanto Herli Orang Pandai Di dunia ini, orang pa...
Jangan Ada ‘Mempertakut’ di Antara Kita
Oleh : Ali Suyanto Herli
Orang Pandai
Di dunia ini, orang pandai ada dua
jenis. Pertama, mereka yang jika berbicara atau menyampaikan pendapatnya
selalu menggunakan kata-kata atau kalimat-kalimat asing yang canggih
dan susah dimengerti. Secara tata bahasa kalimatnya mungkin benar,
konteksnya nyambung dengan substansi kalimat secara
keseluruhan, namun bagi orang awam akan kesulitan untuk memahami
kalimat-kalimat seperti itu. Jenis kedua orang pandai itu adalah mereka
yang selalu menggunakan kata-kata dan bahasa yang sederhana, namun tanpa
mengurangi makna dari substansi kalimatnya. Dan umumnya bahasa jenis
kedua ini lebih mudah dipahami oleh orang awam.
Mengapa bisa terjadi tipe pertama dan tipe kedua seperti itu?
Setiap orang bisa menjadi pakar di tiap
atau beberapa disiplin ilmu sekaligus dengan melalui proses belajar dan
kerja-keras. Misalnya, pakar di bidang kedokteran, atau pakar di bidang
hukum, atau bidang ekonomi, atau pun di bidang politik. Atau bidang lain
lagi. Namun kompetensi pada disiplin ilmu tersebut belum tentu
diimbangi dengan kemampuan berbahasa yang baik dan benar juga. Hanya
orang yang mempunyai cara berpikir yang logis, sederhana dan nalar lah
yang mampu menyusun bahasa secara runtut dan nyaman dicerna dengan akal
sehat.
Untuk menyampaikan suatu pendapat atas
suatu hal yang kompleks misalnya, sebenarnya diperlukan satu tahapan
lagi, yaitu mengemasnya dalam kalimat dan bahasa yang mudah dan enak
dicerna. Tetapi tidak semua orang sanggup melakukan tahapan ini. Umumnya
karena faktor kesibukan si pembicara, atau tidak ada kompetensi di
bidang linguistik, mereka mengabaikan tahapan ini.
Bung Karno sebagai salah satu contoh
bagaimana seorang yang pandai mampu menyampaikan isi pikirannya dengan
bahasa yang sangat mudah dipahami dan dengan gaya penyampaian yang tetap
menarik. Tidaklah heran jika Bung Karno berpidato (tanpa teks), maka
para pendengar atau penonton tanpa disadari telah ‘terbius’ berjam-jam
lamanya.
Namun sebaliknya, sering kali pula kita
saksikan di televisi para politikus yang menyampaikan pendapatnya secara
berputar-putar tidak jelas dan tidak tegas maknanya. Mengambang.
Sebenarnya maksud isi pikiran si politikus bagus, tapi karena tata
bahasanya kacau, maka kesan yang timbul jadi bias.
Semua itu adalah pembahasan mengenai orang pandai.
Orang Yang Berpura-pura Pandai
Lalu diluar pembahasan di atas, ada pula
tipe orang yang sebenarnya tidak pandai namun berusaha agar terlihat
oleh orang lain seolah-olah dia pandai (sekali). Bagaimana caranya? Ada
banyak hal yang dapat ditempuh agar seolah menjadi ‘intelektual’.
Menggunakan kata-kata atau kalimat-kalimat canggih dan asing di dalam
tata bahasa kalimat adalah salah satu contoh.
Namun karena pada dasarnya mereka tidak
memahami ilmu struktur dan tata bahasa yang baik dan benar, maka aksi
comot sana-comot sini istilah-istilah asing itu (ditambah tempelan
beberapa kata bahasa asing seperti bahasa Inggris misalnya, dan
celakanya ternyata juga masih salah secara struktur dan grammar) malah membuat kalimatnya menjadi aneh. Tumpukan kata-kata aneh itu tidak nyambung secara keseluruhan.
Contoh kalimat itu adalah pidato
kampanye seorang calon kepala desa sebagai berikut, “My name is ….. I am
from the birthday in Karang Asih City. I have to my mind. I have to my
said. I’m get to the good everything …… to my place. America, Europe and
everything japanese and Asia…” Atau contoh subyek yang sama namun dalam acara yang berbeda di televisi beberapa hari lalu, “Di usiaku ini, twenty nine my age, aku masih merindukan apresiasi karena basically, aku senang musik, walaupun kontroversi hati aku lebih menyudutkan kepada konspirasi kemakmuran yang kita pilih ya.”
Lalu, “Kita belajar, apa ya, harmonisasi
dari hal terkecil sampai terbesar. Aku pikir kita enggak boleh ego
terhadap satu kepentingan dan kudeta apa yang kita menjadi keinginan.
Dengan adanya hubungan ini bukan mempertakut, bukan mempersuram
statusisasi kemakmuran keluarga dia, tapi menjadi confident.”
“Tapi, kita harus bisa mensiasati kecerdasan itu untuk labil ekonomi kita tetap lebih baik dan aku sangat bangga…”
Paham? Jangankan kita sebagai pendengarnya yang tidak paham akan maksud kalimat-kalimat mentereng
itu, si pembicara itu pun secara jujur juga bingung dengan makna
kalimatnya sendiri. Susunan subyek, predikat dan obyeknya saling tumpang
tindih tidak jelas. Ditambah lagi dengan bentukan kata benda, kata
ganti, kata kerja dan kata sifat yang saling berebutan ingin tampil
keluar di kalimat, maka kita seperti melihat suatu lukisan post-mo
abstrak yang indah dengan kata-kata asing namun miskin ide dan makna.
Suatu komunikasi yang tanpa makna tidak lebih daripada suatu igauan kosong.
Bahasa yang Baik dan Benar
Dalam suatu kalimat umumnya ada subyek,
predikat, dan obyek agar jelas maksud tujuan kalimatnya. Misalnya
kalimat berikut ini, ‘Saya memberi dia sebuah hadiah ulang tahun’. Saya sebagai subyek, memberi sebagai predikat, dia sebagai obyek, dan sebuah hadiah ulang tahun sebagai kata keterangan.
Secara struktur kata, kita mengenal kata
benda, kata kerja, kata keterangan, kata sifat, kata ganti, kata
bilangan dan kata tugas. Masing-masing jenis kata harus digunakan dalam
fungsi dan konteks yang tepat. Jika kacau balau susunannya, maka
maknanya pun akan kacau balau juga.
Tiap kata selalu berasal dari suatu kata
dasar. Kata dasar dapat berubah makna setelah mendapatkan tambahan
awalan, atau sisipan, atau akhiran (imbuhan). Misalnya, kata dasar
‘lari’ adalah kata kerja, namun setelah mendapat imbuhan ‘pe-an’
sehingga bentuknya menjadi ‘pelarian’, maka maknanya bergeser menjadi
kata benda, yaitu orang yang berlari. Penggunaan imbuhan yang kacau dan
aneh hanya akan membingungkan pihak yang diajak berbicara.
Misalnya di kata ‘mempertakut’ yang kata
dasarnya adalah ‘takut’ yang merupakan kata sifat. Jika kata sifat itu
mau diubah menjadi kata benda, maka bentuk barunya menjadi ‘menakutkan’,
namun jika yang dimaksud si pembicara adalah kata kerja maka seharusnya
menjadi ‘menakuti’ atau ‘menakutkan’. Awalan ‘memper-’ itu umumnya
mempunyai makna ‘membuat sesuatu agar lebih’. Kata ‘memperpanjang’
mempunyai makna membuat suatu masalah / hal menjadi lebih panjang lagi.
Apakah ‘mempertakut’ bermakna ‘membuat sesuatu agar menjadi lebih
menakutkan lagi’? Entah lah. Tetapi yang jelas bentuk kata
‘mempertakut’ adalah tidak lazim digunakan dalam bahasa Indonesia.
Sama dengan tidak lazimnya kalimat ‘ twenty nine my age ‘.
Mengapa tidak menyampaikan ‘Usia saya dua puluh sembilan tahun’ saja?
Di dalam struktur bahasa Inggris juga tidak lazim kalimat itu, umumnya
cukup dengan frasa ‘twenty nine years old‘.
Keep It Simple, Stupid (KISS)
Ada suatu kata bijaksana untuk
menyampaikan opini yang tetap relevan hingga saat ini, yaitu ‘Keep It
Simple, Stupid!’ (KISS). Buatlah agar tetap sederhana! Bahasa yang
sederhana adalah bahasa yang menggunakan kata-kata sederhana, dan
umumnya kalimatnya juga singkat. Singkat, tetapi tetap bermakna. Tidak
panjang bertele-tele melelahkan. Cobalah lihat novel-novel karya
Arswendo Atmowiloto, misalnya novel ‘Dua Ibu’ atau novel ‘Canting’,
kalimat-kalimatnya selalu sederhana dan pendek. Mudah sekali diikuti dan
nikmat.
Menggunakan kata-kata bahasa asing di
dalam beropini dengan kalimat berbahasa Indonesia (untuk pemirsa di
Indonesia juga) sedapat mungkin dihindari. Kecuali padanan kata tersebut
memang belum ada di perbendaharaan (vocabulary) kata bahasa Indonesia, atau demi menghindari bergesernya makna (lost in translation, maknanya hilang karena proses penterjemahan) yang ingin disampaikan si subyek pembicara karena penggantian kata tersebut.
Menggunakan banyak kata bahasa asing
dalam suatu kalimat Indonesia hanya agar tampak seolah pandai, lebih
mencerminkan bahwa si pembicara tidak percaya diri. Masalah mental.
Kepandaian itu akan terpancar dengan sendirinya, diakui oleh orang lain
secara spontan, tanpa harus dipandu atau digiring ke kesan tersebut.
Kita akan dinilai oleh orang lain tidak
cuma dari apa yang terlihat dari luarnya saja, tetapi juga dari apa yang
muncul dari dalam diri kita. Dari apa yang telah kita ucapkan dan
lakukan secara jujur dari waktu ke waktu.
Lagi pula, apa untungnya kesan ‘pandai’ jika tidak memberikan arti atau bermanfaat bagi sesamanya? Dan tentu bagi bangsanya.
Panggung Olok-Olok
Media massa selalu punya kepentingan,
dan celakanya faktor uang tetap dominan disana. Media pers akan selalu
memberi panggung kepada orang-orang bodoh supaya terkenal, sambil
mengolok-olok mereka, agar laris rating acaranya. Itu artinya pemasukan
iklan lebih banyak. Uang lebih banyak.
Orang yang diolok-olok juga senang
karena akan makin terkenal. Itu bisa berarti uang juga jika mereka
dikontrak untuk menjadi bintang suatu iklan, atau misalnya kalimat
’saktinya’ dikontrak untuk dijual sebagai RBT (Ring Back Tone
atau nada sambung, adalah suara yang diperdengarkan di jalur telepon
oleh pihak penelepon setelah selesai melakukan pemanggilan dan sebelum
panggilan dijawab oleh pihak yang dihubungi) telepon genggam. Dan atau
lainnya lagi.
Setiap pihak tampaknya senang dengan hal
itu. Banyak yang terhibur, apalagi dalam kondisi kehidupan rakyat
banyak yang makin sulit dimana harga bahan pangan makin tinggi, harga
tempe dan tahu makin mahal, angka pengangguran tinggi, dan suramnya
berita-berita penegakan hukum di Indonesia, maka tertawa lepas adalah suatu barang mewah yang semakin sulit didapat di negeri ini (karena terlalu banyak hal-hal yang harus ditertawakan secara ironis).
Namun hiburan tetaplah sebagai hiburan.
Sebentar lagi kita akan merayakan hari Sumpah Pemuda, kita harus
menjunjung tinggi bahasa persatuan kita, bahasa Indonesia. Kita harus
paham aturan mainnya dalam berbahasa yang benar dan baik. Nelson Mandela
pernah berkata ❝If you talk to a
man in a language he understands, that goes to his head. If you talk to
him in his own language, that goes to his heart.❞
Jadi marilah kita (tetap) menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Jangan gunakan lagi kata
‘mempertakut’ tidak pada tenpatnya. Jangan ada ‘mempertakut’ di antara
kita (karena tidak akan ada kudeta di konspirasi kemakmuran dan labil ekonomi).
Terima kasih.
Selasa, 09 Juli 2013
Puisi-Puisi Semasa Remaja
Puisi-Puisi Semasa Remaja (agak lebay)
Oleh : Ali Suyanto Herli
S E P I
sepi adalah dinding-dinding kosong
di sepanjang koridor rumah sakit
semuanya putih, kosong, melompong
langkah sepatu juga datar, sama, sunyi
besok, luas, sehabis lusa dipeluk hening
Maret 1984, Yogyakarta.
(Majalah HAI no 28/IX tanggal 23 - 29 Juni 1985)
PADA KAPEL KECIL SEBUAH RUMAH SAKIT
gambar Yesus di atas altar menatap nanar
lengang dan sepi membalut doa pagi pahit ini
- sementara tim dokter tengah berjuang keras
untuk anak tunggalnya di atas meja bedah -
lampu, lilin, menari-nari tertiup angin dingin
pucuk-pucuk cemara mengintip kekalutan di gemetarnya
doa mengalir deras berpacu dengan waktu kelam
- sementara tim dokter telah selesai
di depan mereka tinggal seonggok daging -
keheningan siang dipecahkan langkah kaki dari belakang
mendekat, tangannya pelan menepuk bahu; ditatapnya,
mata dokter itu sudah mengungkapkan segalanya
dia keluar lunglai, meninggalkan dokter dan kapel
(di jalan turun hujan, ia menengadah heran
"Tuhan, mengapa Kau menangis?")
21 November 1985, Yogyakarta
(Majalah HAI no 20/XII tanggal 13 - 23 Mei 1988)
KUNANG-KUNANG YOGYAKARTA
(Yogyakarta lusuh dan tergelai loyo
kunang-kunang menghamburkan diri ke malam)
mereka mempunyai panutan kupu-kupu malam
di setiap malam, mereka harus bergulat di ranjang alam
melawan nafsu dan birahi liar
(Yogyakarta robek dan ambruk pingsan kesakitan
kunang-kunang tertidur lelah dalam malam larut)
Yogyakarta sepi, mati dan basah
dingin dan lengang
12 September 1985, Yogyakarta
(Majalah HAI no 14/XI tanggal 7 - 13 April 1987)
KALIURANG DALAM SEBUAH EPISODE
pucuk-pucuk cemara masih menunggu
bekas tapak kaki kiita menangis parau
di pucuk pelawangan :
- seakan ada yang memanggil-manggil -
kuturuni jalan setapak,
tapi hujan menghadangku disana
di kedinginan kabut kuterpaku :
- mendengar balada ranting-ranting pinus -
12 Desember 1985, Yogyakarta
(Majalah HAI no 24/XII tanggal 14 - 20 Juni 1988)
GERIMIS YANG BERPACU DENGAN SENJA
hari brengsek!
ini gerimis tak mau reda-reda juga
langit seperti mau cabik nyawaku
sendiri memelas dari kamar kost kosong
(jantungku tak bisa tenang dari kemarin)
aku takluk lagi
pada kesendirian
pada perpisahan
- aku takut sekali di sini -
karenanya,
esok pagi-pagi buta aku mau pulang lagi
senja ini aku beres-beres secepatnya
menyiapkan baju-celana ke kopor tua
gerimis membuatku tak bisa keluar makan malam
perut lapar menambah sesak napas, dingin menusuk
pikiran sudah melayang ke rumah
kemana mata memandang, di situ ada kerinduan
: ku ingin lari pulang menenteng kopor
menembus gerimis dan senja ini juga
Semarang, 3 Agustus 1988
(Majalah HAI no, 34/XIII tanggal 22 - 28 Agustus 1989)
OMBAK PEMACU MALAM PARANGTRITIS
wanita tua menyewakan tikar dan senter
mengitari bibir pantai kelam
langkah bungkuknya ditelah gemuruh ombak
di tengah malam ada pasangan mengikik
satu-dua turis asing membelah pantai
busa ombak mengepul-ngepul kecil
seperti busa bir
- malam pun mabuk -
bakul mkakanan dan wedang ronde hanya terpaku
ketika tamu semalaman berangkat tidur
lampu-lampu rumah padam
pantai dingin, sepi dan asin
( malam beranjak tua,
ketika ombak meledak di kejauhan)
dan parang tritis bergulat antara malam dan fajar
monumen, taman, burung malam jadi beku
lampu-lampu neon meredup kesepian
deretan gubuk di pinggir pantai menenangkan napas
: parang tritis mati
Semarang, 7 Agustus 1988
(Majalah HAI no 34 / XIII tanggal 22 - 28 Agustus 1989)
SUATU MALAM DI STASIUN KERETA API KOTA KECIL
: 'ku tak mau lagi ada di sini ...
setiap memandang lampu stasiun
di sana ada, entah berapa tepatnya, jutaan laron
bila ada kereta yang masuk
kerumunan itu terterjang
sebagian jatuh tergilas di atas rel
saat kereta pergi lagi
ribuan laron datang mengerumuni lampu-lampu
yang datang dari sawah di sekitarnya
stasiun kereta api kota kecil,
beberapa penumpang terlelap di kursi peron
menunggu kereta yang akan lewat
suasana menjadi mati; keji sekali!
tanda-tanda kehidupan hanya pada petugas
yang membaca koran di ruangannya
(tidak tega mengusik keseriusannya)
jarum jam seakan-akan berhenti
stasiun mendadak jadi penjara kecil
apalagi laron-laron menjijikan sekali
yang selalu mengerumuni tempat-tempat terang
padahal kegelapan adalah menakutkanku
- kuingin berteriak marah
meminta kereta lekas-lekas tiba -
Semarang, 9 Desember 1988
(Majalah HAI no 12 /XIII tanggal 21 - 27 Maret 1989)
GENDING TAYUB DARI HUTAN JATI
malam belum lagi sempurna
pohon-pohon jati masih basah
di pusat keramaian dukuh ada pesta selamatan
penari-penari tayub turun memanaskan malam
( gelegak minuman keras murahan membahana,
kepala dukuh larut dalam busa minuman )
seorang ayah gelisah sendirian,
pondoknya di pinggir hutan jati
putrinya penari tayub di pesta dukuh
- awas kau?
awas kalian! -
tapi pendar-pendar petromaks tambah luas
bulan bulat diikat di atas pesta
goyangan penari tayub tambah gerah
puncaknya, tarian pindah ke kamar yang disediakan
: malam pun sempurna
ketika pesta selamatan reda
pengunjung pulang malam
penari tayub pulang lelah
tanah lempung hutan jati belum lagi kering
sepasang mata tua menatap awas dari balik perdu
cahaya bulan memantul-mantulkan kelewang panjang
darahnya sudah di atas ubun-ubun
- awas kau!
awas kalian! -
dalam beberapa hentakan,
darah segar mengotori langit malam
hutan jati saksi robohnya penari tayub
langkah kaki telanjang tercetak di bayangan bulan
arahnya menuju rumah kepala dukuh
kelewang bercampur darah beku dan air gerimis,
kemudian satu erangan lembut kepala dukuh
: bulan masih terikat di atas desa
malam gerganti dini
tiga sosok gentayangan di atas pohon-pohon jati
yang ketiga dengan kelewangnya sendiri
burung-burung hutan menatap mereka
( kedasih menyenandungkan gending 'kesripahan',
pokok-pokok jati menggugurkan tunas-tunasnya)
Teluk Betung, 28 Agustus 1989
(Majalah HAI no 43/XIII tanggal 24 - 30 Oktober 1989)
BULAN DI ATAS KOTA
dari kaca sepur membelah malam
bulan digantung dari rumah penduduk
ia hamil tua
pucat dan terseok-seok
bagai janda pelacur tidak laku
diketuknya rumah-rumah kota
tapi ia tersangkut perdu
tenggelam dalam lumpur rawa
dari kaca sepur membelah fajar
matahari baru pulang
mabuk dan merah mukanya
sebentar lagi bakal meledak
keluarga kosong
adalah rumah kosong
bulan binasa dengan jabang bayi
matinya sekarat
bulan di atas kota
adalah potret kesepian yang tersia-sia
Teluk Betung, 2 Juli 1988
(Majalah HAI no 37/XIII tanggal 12 - 18 September 1989)
DI MATAMU KUMENDARAT BERSAMA SEPI
mata indahku,
mengapa takut pada kesendirian?
manusia lahir sendiri
mati pun sendiri
- kehidupan terlalu absurd -
mata indahku,
hidup ini sudah ada skenario
kadang kita butuh kesendirian
untuk istirahat dari panggung
- setiap aktor punya adegan sendiri -
''ku dapat berkaca di bening bola matamu
ada sepi menari-nari lembut
sepi yang penuh kegembiraan
sepi yang sangat dinikmati
- toh, puncak segala keramaian adalah sepi -
aku ingat tembang seorang pesinden
"api lilin yang padam, kemana nyalanya..."
semuanya tak punya arti
kadang nasib terasa brengsek
maka selagi masih hidup
kucoba mendarat di hamparan bola matamu
bersama sepi
(bersama kebahagiaan)
Teluk Betung, 29 Juli 1988
(Majalah HAI no 43 / XIII tanggal 24 - 30 Oktober 1989)
PENGHUNI KAMAR SEKIAN DI FLAT TERTINGGI DI DUNIA
kesepian yang membeku membalut kamar ini sejak dahulu
merasa ketinggian menjadikannya berada di dalam terali-terali besi
udara pengap berhewnti bergerak, tetapi tetap dingin lembab
aliran listrik dan gas sudah lama dimatikan dari pusat
sebuah lilin kecil menerangi seraut wajah tua yang sedang
berdoa khusuk sekali, terdengar lirih :
"Tuhan, masih jauhkah rumah-Mu dari kamar kosongku ini?"
terus dilakukannya ini hingga lilin mati
gelap pekat
(aminnya tertinggal di lelehan terakhir lilin yang
dengan cepat tumpah ke lantai berdebu)
29 Agustus 1985
(Majalah HAI no 11/XI tanggal 17 - 23 Maret 1987)
SEBUAH MARS TUA DARI GRAMAPHONE ANTIK
terseok-seok merobek gendang telinga tua
pendengarnya masih tenggelam dalam derap militer
ingat waktu masih muda, saat bergerilya
ketika ia dikejar-kejar kumpeni, dituduh subversif
ketika disaksikan rumahnya dibakar habis
ketika dengan matanya sendiri, keluarganya dibantai
ketika kedua kakinya hancur terkena ranjau,
terdengar sayup mars dari puing-puing bangkai rumah
(ketika irama melonjak-lonjak, ia sudah terlelap)
- begitu terus -
31 Agustus 1985
(Majalah HAI no 12/XI tanggal 24 -30 Maret 1987)
PADA BATU CADAS RAKSASA
onggokan tanganmu masih tersisa di sini
berkumpul bersama angin yang berdesir
- kapan kau pulang? - tanyamu sendu
beberapa tahun berselang di tempat yang sama
ombak laut menelan tempat kita berpijak
semuanya hilang jauh
22 Juli 1985
(Majalah HAI no 13 / XI tanggal 31 Maret - 5 April 1987)
PESTA LAUT, RUMAHKU
laut lepas memancar
buih bebas memendar
maju, majulah
ini samodra kita
tempat kita hidup
tempat kita tiada
apa yang ditakutkan?
sejuta lampu kapal di horison
sedang pesta gembira tiada akhir
sayang tak ada primadona cantik
kalau tidak, ia bakal ratu pesta
angin pantai malam melindungi
dari alun yang menepuk pipi sampan
laut ini rumah kita
jika menoleh ke belakang
hjalaman kita adalah barisan lambaian nyiur
diterangi lampu-lampu kota
bebas, bebaslah kita
Teluk Betung, 9 Juli 1988
(Majalah HAI no 45/XIII, tanggal 7 - 13 November 1989)
Jumat, 05 Juli 2013
Percikan Permenungan : BOLEH TAKUT, TETAPI JANGAN PANIK
Percikan Permenungan : BOLEH TAKUT, TETAPI JANGAN PANIK: BOLEH TAKUT, TETAPI JANGAN PANIK Oleh : Ali Suyanto Herli MANUSIAWI Manusia dalam kehidupannya sudah pasti akan sela...
BOLEH TAKUT, TETAPI JANGAN PANIK
BOLEH TAKUT, TETAPI JANGAN PANIK
Oleh : Ali Suyanto Herli
Manusia dalam kehidupannya sudah pasti akan selalu bertemu dangan masalah dan kendala. Tiap manusia mempunyai cara berbeda-beda dalam bereaksi terhadap masalah, ada yang tetap tenang, namun banyak juga yang takut atau bahkan hingga panik. Beberapa di antaranya stress, depresi akut hingga jatuh sakit parah. Beda karakter, beda pula cara bersikap. Itu semua manusiawi.
Kita, suami dan istri maupun anak-anak seringkali mengalami ketakutan di lingkungannya. Target penjualan yang selalu dinaikkan oleh manajemen kantor setiap tahun, atau bagi ibu-ibu pusingnya mengelola keuangan rumah tangga yang mepet dimana harga bahan kebutuhan pokok melambung tinggi, atau stress menjelang ujian nasional bagi anak-anak kita di sekolah. Semua orang pasti takut, tapi belum tentu semuanya panik.
Takut
Wikipedia menjelaskan rasa takut sebagai : suatu tanggapan emosi terhadap ancaman. Takut adalah suatu mekanisme pertahanan hidup dasar yang terjadi sebagai respons terhadap suatu stimulus tertentu, seperti rasa sakit atau ancaman bahaya.
Namun takut berbeda dengan 'jijik'. Rasa takut akan hilang manakala dihadapi beramai-ramai. Misal takut akan kegelapan, bila si subyek ditemani oleh orang banyak masuk dalam kegelapan, maka rasa takut itu akan hilang. Sebaliknya rasa 'jijik' itu tidak akan hilang walaupun si subyek telah ditemani oleh orang banyak. Misalnya jijik terhadap kecoa dan cacing, walau telah ditemani oleh orang banyak, subyek kita belum tentu sanggup untuk memegang kecoa atau cacing tanah.
Rasa jijik pun berbeda-beda di setiap orang. Ada yang jijik pada ulat atau kumbang, namun tidak jijik pada lalat. Ada yang tidak jijik pada ulat, namun jijik pada bulu ayam. Pengalaman di masa kecil, terutama pengalaman yang tidak nyaman dan mencemaskan akan terekam di memori otak kita hingga kita dewasa nanti. Secara alam bawah sadar (id menurut Sigmund Freud) hal itu akan mempengaruhi dan mengendalikan alam sadar kita (ego).
Menurut Anda, ular itu menakutkan atau menjijikkan? Jawabannya bisa menakutkan, bisa pula menjijikkan, atau bahkan sekaligus kedua-duanya.
Mungkin Anda akan tertawa ngakak bila pernah mendengar ada orang yang secara refleks meloncat ke atas meja manakala mendengar ada tikus masuk ke dalam ruangan. Ini serius sudah terjadi, dan bisa jadi Anda salah satunya yang pernah meloncat itu.
Panik
Lalu apa bedanya dengan panik? Wikipedia menjelaskan panik sebagai suatu kondisi kecemasan yang sangat berat yang disertai dorongan untuk lari atau bersembunyi sewaktu menghadapi suatu kondisi yang dirasakan berbahaya atau mengancam. Rasa takut yang muncul tiba-tiba ini dapat menghilangkan kemampuan berpikir dan memengaruhi kelompok atau individu manusia atau hewan yang awalnya cenderung untuk menyebabkan sikap diam tak bisa berbuat apa-apa. Panik umumnya timbul pada kondisi bencana, atau kekerasan seperti perampokan dan penjarahan yang dapat membahayakan kesehatan atau jiwa. Kata ini berasal dari nama dewa mitologi Yunani 'PAN' yang memiliki kemampuan menimbulkan ketakutan untuk sendiri atau berada di daerah terbuka.
Lebih lanjut dijelaskan lagi, panik sebenarnya adalah kondisi alami pada setiap orang. Panik dalam
kadar ringan yang datang hanya sesekali, adalah hal biasa. Tapi, jika
cemas atau panik datang berulang dalam kadar tinggi, sehingga aktivitas
kerja Anda terganggu, sebaiknya Anda waspada. Pasalnya, ada kemungkinan,
panik Anda sudah menjadi gangguan klinis. Tiga dari empat penderita
gangguan panik adalah wanita. Wanita karier seringkali mengalami panik.
Gangguan panik yang parah bisa berujung pada agoraphobia (fobia berada
di tengah banyak orang). Penderita agoraphobia sering takut tanpa alasan
jelas, bila dirinya berada di tempat terbuka atau harus keluar dari
rumah.
Panik mempunyai efek yang tidak baik bagi penyelesaian masalah. Panik membuat kita tidka mampu berpikir dengan jernaih dan tenang, sehingga solusi yang diambil pun umumnya serba tergesa-gesa dan tidak optimal.
Dalam mitologi China yang berjudul Sam Kok (Tiga Kerajaan), ada karakter bernama Cao Cao. Cao Cao dilukiskan sebagai pemimpin dan panglima perang hebat, banyak akal dan sekaligus diposisikan sebagai antagonist. Cao Cao lahir pada tahun 155 SM di kawasan Bozhou, China, dan wafat pada tahun 220 di Louyang, China.
Ada suatu episode dari petualangan Cao Cao yang sangat tepat untuk melukiskan akibat dari rasa panik yang berlebihan. Dalam suatu peperangan Cao Cao beserta pasukannya mengalami kekalahan hebat. Pasukannya kocar-kacir, dan Cao Cao melarikan diri seorang diri ke dalam hutan. Namun Cao Cao belum tenang, karena dia tahu bahwa pasukan musuh telah menyebar mata-mata untuk mencari, menangkap dan memenggal kepalanya.
Di salah satu persembunyian, dalam keadaan lapar dan lelah, Cao Cao lari ke rumah salah seorang kerabat jauh di suatu distrik pelosok China. Cao Cao disambut sang paman dan bibi dengan tangan terbuka. Sang paman bahagia sekali dikunjungi Cao Cao, sehingga memerintahkan kepada istrinya untuk pergi ke pasar membeli babi untuk berpesta makan malam menyambut Cao Cao. Lalu kepada putranya yang masih remaja, si paman memerintahkan untuk mengasah parang di dapur agar tajam, supaya mudah untuk menyembelih babi.
Cao Cao masih merasa takut dan panik dalam pelariannya. Walau telah nyaman beristirahat di dalam kamar rumah sang paman, Cao Cao masih merasa was-was pada lingkungan sekitarnya. Sayup-sayup Cao Cao sempat mendengar si paman memerintahkan istrinya pergi ke pasar, dan mekanisme otak Cao Cao menterjemahkan kalimat itu sebagai perintah untuk melaporkan keberadaan Cao Cao ke pasukan musuh. Cao Cao marah besar.
Kemarahan Cao Cao pada keluarga pamannya semakin menjadi-jadi saat dia mendengar suara golok diasah. Cao Cao yang besar di medan perang, paham sekali dengan jenis suara-suara senjata. Otak panik Cao Cao mengambil kesimpulan bahwa keluarga paman sedang melakukan konspirasi untuk membunuhnya.
Cao Cao tanpa pikir panjang segera bangkit dari kamar peristirahatannya dan menghunus pedangnya. Dalam kemarahannya Cao Cao membantai sang paman beserta anak remajanya. Setelah puas membantai, Cao Cao pergi meneruskan pelariannya.
Istri paman yang pulang dari pasar membawa babi hanya bisa menangis saat melihat kondisi rumahnya sudah hancur dan keluarganya telah tewas semua terbunuh.
Tragis, bukan?
Moralnya jelas, kita boleh merasa takut, namun jangan pernah ketakutan itu lantas membuat panik.
Cao Cao mungkin akan menyesali perbuatannya, namun bila nasi telah menjadi bubur, maka penyesalan itu tiada guna. Tidak akan mampu menghidupkan kembali paman dan keluarganya.
BBM naik, harga daging sapi, jengkol dan petai naik tinggi tidak akan membuat kita panik.Life goes on. Mari kita tetap berpikir secara tenang, menjalani kehidupan ini serta berdoa pada Tuhan agar memberi kita kekuatan. Jangan memberi ruang pada kecemasan hari esok, marilah kita hidup di hari ini saja. Ada doa yang segera dijawab Tuhan, ada juga doa yang belum atau tidak dijawab oleh Tuhan. Bila Tuhan tidak juga menjawab doa-doa kita, tentu Tuhan mempunyai pertimbangan khusus bahwa itu adalah pilihan terbaik buat kita, dan percaya Tuhan akan membuka 'jendela' lainnya buat kita.
Selamat siang.
Kamis, 04 Juli 2013
Percikan Permenungan : MENGAPA SAPI-SAPI DI EROPA UMUMNYA DIBERI KALUNG B...
Percikan Permenungan : MENGAPA SAPI-SAPI DI EROPA UMUMNYA DIBERI KALUNG B...: MENGAPA SAPI-SAPI DI EROPA UMUMNYA DIBERI KALUNG BANDUL YANG BERAT? Oleh : Ali Suyanto Herli SAPI Dalam suatu perjalanan ...
MENGAPA SAPI-SAPI DI EROPA UMUMNYA DIBERI KALUNG BANDUL YANG BERAT?
MENGAPA SAPI-SAPI DI EROPA UMUMNYA DIBERI KALUNG BANDUL YANG BERAT?
Oleh : Ali Suyanto Herli
SAPI
Dalam suatu perjalanan darat menuju Lucerne (Swiss) sekitar dua tahun lalu, kami melewati beberapa negara di sepanjang bawah kaki pegunungan Alpen yang hijau dan indah. Satu hal yang menarik perhatian kami adalah di negara-negara tersebut setiap sapi yang dilepas di padang rumput hijau selalu dibekali dengan kalung bandul yang besar. Suara kalung bandulnya bisa terdengar dari kejauhan berdentang-dentang, dan kadang mengegetkan juga.
Sapi-sapi itu tampak asyik memakan rumput hijau sepanjang waktu, dan tentu saja rata-rata ukuran badan sapi itu tampak jauh lebih besar dan sehat daripada ukuran rata-rata sapi di Indonesia. Dan tidak seperti di narasi buku-buku pelajaran anak Sekolah dasar (SD) di Indonesia dimana selalu akan ada anak gembala kecil yang harus menggembalakan semua sapi itu sambil memainkan seruling bambunya, maka di Eropa yang terkenal sistem 'padat modal' dan efisien dalam menggunakan tenaga kerja (dan mahal pula biaya karyawan di sana) hal itu tidak tampak. Sapi-sapi itu bebas berkeliaran tanpa ada yang harus menunggu.
KALUNG BANDUL YANG BERAT
Kembali pada kalung bandul yang berat tadi. Kami pada awalnya memang tidak tahu alasan itu, dan semula penafsiran kami lebih kepada assesories saja, atau supaya si pemilik mudah untuk mencari atau membedakan sapi-sapi miliknya dari sapi milik orang lain.
Saat kami tanyakan hal itu kepada beberapa orang. Kami mendapatkan jawaban yang berbeda sekali.
Jadi sapi-sapi itu diberi kalung bandul besi yang berat supaya kepala sapi cepat lelah dan lebih banyak tertunduk ke bawah, dan bila sudah dalam keadaan seperti itu lalu sapi-sapi itu dibawa ke padang rumput yang hijau dan luas, bayangkan apa yang akan dilakukan semua sapi-sapi itu? Jelas sekali, sapi-sapi itu hanya akan makan terus sampai terkenyang-kenyang, dan tidak akan mempedulikan hal-hal lain yang terjadi di sekitarnya.
Kalau sapi-sapi itu sudah gemuk karena makan terus-menerus, tentu hasil susu dan dagingnya juga akan lebih optimal dan berlimpah. Peternak pun senang karena pendapatannya juga akan bertambah. Everyone's happy.
Beda dengan di Indonesia dimana kadang para peternak menggelonggong sapinya (sapi dipaksa minum sebanyak-banyaknya) sebelum disembelih dengan tujuan agar daging sapi lebih berat, namun hal itu malah cenderung membuat kualitas daging sapi lebih cepat rusak. Cara mendapatkan keuntungan cepat, namun merugikan pihak konsumen.
Definisi menurut Wikipedia, istilah glonggongan (diambil dari bahasa Jawa, glonggong) yang dikaitkan dengan produk daging (biasanya sapi), dipakai untuk daging yang dijual setelah melalui proses yang tidak wajar. Beberapa jam sebelum penyembelihan, hewan potong diminumkan air
(secara paksa) dalam jumlah besar dengan maksud meningkatkan massa
daging . Walhasil, setelah hewan dipotong bobot dagingnya akan lebih tinggi dan, dengan demikian, harga jualnya lebih tinggi. Dalam waktu yang cukup singkat, namun cukup lama untuk penjualan,
bobot daging akan menyusut secara drastis setelah airnya keluar. Cara
penjualan curang seperti ini banyak dilaporkan di daerah Jawa Tengah. Penjualan daging glonggongan melanggar hukum. Selain itu daging glonggongan diduga tidak sehat untuk dikonsumsi.
Sepulang dari acara perjalanan tersebut, di dalam pesawat terbang Airbus yang membawa kami dari Bandara Charles de Gaulle Paris menuju Jakarta, secara tidak langsung saya teringat kembali dengan ilmu sapi di atas dan kaitannya dengan ilmu manajemen dan kepemimpinan, namun dari sisi pandang yang komedis.
Memimpin suatu bangsa juga harus ada ilmunya. Jika rakyatnya selalu kenyang dan nyaman, mampu membeli barang-barang kebutuhannya, tingkat pengangguran rendah, gejolak-gejolak kecil yang ada di sekitarnya tentu akan lebih terabaikan. Orang yang sudah kenyang, sehat dan nyaman umumnya akan cepat mengantuk setelah seharian bekerja. Mereka memilih tidur pulas daripada harus menyaksikan tontonan-tontonan politik bodoh di televisi setiap malam.
Jika rakyat makmur, ekonomi akan tumbuh, dan target penerimaan pajak & retribusi bisa ditingkatkan setiap tahunnya. Program-program pembangunan dapat berjalan. Sarana infrastruktur dapat dipelihara dan dikembangkan.
Namun sebaliknya bila masyarakat hidupnya susah, lapar, sakit, banyak pengangguran, harga barang-barang kebutuhan melambung tinggi tidak terbeli, inflasi tinggi, dan ketimpangan yang njomplang, maka jika terjadi gejolak kecil saja dalam pemerintahan akan mampu membuat 'trigger' yang lebih besar lagi. Apalagi bila gejolak itu berupa ajang para pejabat berkorupsi ria dalam jumlah nominal rupiah besar, maka hal itu akan lebih menyakitkan masyarakat secara umum.
Sudah hidupnya susah, masih dikejar-kejar pajak pula.
Apa kata dunia?
Rabu, 03 Juli 2013
Percikan Permenungan : Investasi Property, Apakah Selamanya Aman dan Meng...
Percikan Permenungan : Investasi Property, Apakah Selamanya Aman dan Meng...: Investasi Property, Apakah Selamanya Aman dan Menguntungkan? Oleh : Ali Suyanto Herli Properti Beberapa dasa warsa terakhir i...
Investasi Property, Apakah Selamanya Aman dan Menguntungkan?
Investasi Property, Apakah Selamanya Aman dan Menguntungkan?
Oleh : Ali Suyanto Herli
Properti
Beberapa dasa warsa terakhir ini sektor properti mengalami booming luar biasa. Kenaikan harga properti, baik itu tanah, rumah, apartment maupun rumah tinggal setiap tahunnya selalu positif dan bahkan umumnya lebih besar daripada yield tingkat tabungan atau deposito di perbankan.
Di Indonesia kenaikan harga properti itu sudah hampir dalam tahap yang membingungkan, karena hampir sudah tidak wajar lagi kenaikan harga setiap tahunnya. Namun anehnya setiap kali kita melihat acara launching suatu perumahan atau apartment misalnya, seluruh unit selalu terjual habis. Sold out. Bahkan seringkali karena jumlah pembeli melebihi jumlah unit properti yang akan dijual, maka dilakukan undian untuk menentukan pembeli mana yang berhak untuk membeli unit propertinya. Geleng-geleng kepala?
Fenomena 'panic buying' seperti itu membuat kita terheran-heran. Katanya penduduk Indonesia banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan, koq mereka mampu membeli properti di harga milyardan rupiah? Bahkan banyak dari mereka yang mampu memborong properti di Singapura dan Australia.
Kalau kita tilik harga properti yang dijual tersebut, rata-rata sudah di atas Rp 1 milyard per unitnya. Di Jakarta harga sebuah apartment bisa mencapai Rp 5 milyard per unitnya, dan herannya ya laku terjual habis walau pihak developer baru menjual gambar dan konsepnya saja di awal.
Menurut CEO Leads Property Indonesia, Hendra Hartono, selama satu dekade
atau kurun 2000-2010, rata-rata kenaikan harga properti adalah 10
persen. Persentase sebesar ini terjadi di lokasi premium seperti
Sudirman CBD, Thamrin CBD, ataupun Kuningan CBD. Jumlah itu terus
meningkat hingga 20-30 persen selama tiga tahun terakhir. Sementara di
kawasan non-CBD, pertumbuhan harga properti mencapai separuhnya yakni 15
persen sampai 20 persen (kutipan dari Kompas.com tanggal 3 Juli 2013, Properti).
Sektor properti yang terlalu tinggi harga dan kenaikannya akan membuat ekonomi moneter menjadi riskan dan 'over heated'. Banyak contoh krisis ekonomi suatu negara atau suatu regional diawali dengan hancurnya (crash) sektor properti.
Orang membeli rumah bukanlah melulu untuk ditinggali, namun juga sebagai suatu bentuk portfolio investasi, karena tingkat margin keuntungannya memang cukup menjanjikan. Maraknya korupsi dimana uang haram itu 'dicuci' dengan pembelian properti dengan menggunakan nama anggota keluarga lain juga turut meningkatkan 'demand' properti ke tingkat yang tidak wajar lagi. Merusak keseimbangan harga wajar. Bagi tipe pembeli seperti itu, membeli rumah dengan harga berapa pun tidaklah menjadi suatu masalah, karena uangnya juga didapat dari cara yang 'ilegal'.
Harga properti yang sudah tidak wajar lagi cenderung akan menciptakan harga semu. Dan harga semu itu pada suatu ketika nanti akan terkoreksi untuk kembali ke titik keseimbangnnya (equilibrium) antara pertemuan tingkat permintaan (demand) dan tingkat penawaran (supply) yang ada pada suatu saatnya nanti. Makin jauh jatuhnya harga koreksi itu akan makin parah effeknya pada moneter. Contoh mudahnya bila nilai properti jatuh sebesar 50% misalnya, maka sebagian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di perbankan akan mengalami macet yang sistemik. Hancurnya harga properti itu akan membuat para investor meninggalkan investasinya. Satu hal lagi, jatuhnya perbankan akan berpengaruh ke ekonomi nasional.
"Harus diperhatikan juga, berapa lama kenaikan ini akan berlangsung.
Harga yang terlalu tinggi juga berbahaya, jika ternyata yang membeli
properti adalah investor bukan pemakai akhir. Kalau sampai komposisi
investor mendominasi pembelian properti, akan berpotensi terjadinya
'crash'," papar Hendra kepada Kompas.com, di Jakarta, Minggu (26/5/2013).
Mengapa Harga Properti Selalu Naik?
Ada beberapa sebab mengapa harga properti selalu naik.
1. Kenaikan demand terhadap supply properti yang ada.
Sehingga secara hukum ekonomi maka harga unit yang dijual akan naik
2. Kenaikan harga properti secara umum.
Misalnya, Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) atas suatu properti setiap tahun akan mengalami kenaikan dimana besarannya ditetapkan oleh Pemda setempat, walau hal ini lebih kepada tujuan meningkatkan PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD).
3. Kebijakan 'menggoreng harga' oleh pihak pengembang atau developer
Ini lebih kepada aktivitas marketing strategi pihak pengembang untuk membuat kesan kepada pihak calon konsumen dan pihak yang telah menjadi konsumennya 'seolah-olah' membeli properti di wilayahnya ternyata menguntungkan, dimana harga selalu naik tinggi setiap periode. Kebijakan menaikkan harga itu tidak memperhitungkan ada atau tidaknya demand di harga baru tersebut. Nah, kadangkala pematokan harga baru itu bisa sangat subyektif sekali. Tidak ada dasar yang jelas. Repot bukan, bilamana antar developer saling berlomba 'menggoreng harga'? Yang rugi tentunya adalah para pemakai akhir (end-users), bukannya investor, yang benar-benar mau membeli rumah untuk ditinggali. Kebutuhan rumah tangga baru akan sektor perumahan setiap tahunnya bertambah, namun karena kenaikan harga rumah jauh lebih cepat akselerasinya daripada kenaikan penghasilan pasangan muda tersebut, maka semakin sedikit pasangan-pasangan muda itu yang mampu membeli rumah secara KPR (apalagi membeli rumah secara cash keras dengan uang sendiri). Akibatnya mereka akan menyewa rumah dahulu, dan berita buruknya semakin lama nanti daya beli pasangan muda itu akan semakin jauh dari kemampuannya membeli rumah sendiri, karena harga rumah setiap tahun naik tinggi.
Di sisi lain bila langkah ini tidak dilakukan pihak developer, karena misalnya tingkat permintaan memang belum siap / tinggi, maka sudut pandang pihak konsumen yang telah membeli properti di wilayah itu akan mengambil suatu kesimpulan bahwa berinvestasi di lokasi itu adalah stagnan, bahkan kalah cepat kenaikannya dibandingkan lokasi-lokasi lain (yang mungkin naik karena 'goreng harga'). Lalu mereka akan meninggalkan lokasi propertinya (sepi, kemudian tidak berkembang) untuk beralih membeli properti yang lebih cepat naik harganya.
Kita tidak bisa menyalahkan investor. Mereka pasti akan memutar uangnya sehingga memberikan laba yang seoptimal mungkin melebihi tingkat inflasi. Jika uangnya kalah cepat berkembang daripada tingkat inflasi, maka daya beli uang itu akan tergerus / berkurang. Secara jumlah absolut tumbuh, tetapi kemampuan beli si uang semakin berkurang.
Untuk mencegah resiko jatuhnya ekonomi secara lebih parah, dibutuhkan proteksi dan kerja-sama dari beberapa instansi pemerintah dan swasta lainnya. Dahulu pernah terdengar wacana dari Bank Indonesia (BI) untuk membuat regulasi kepada perbankan bahwa KPR untuk pembelian rumah kedua-ketiga dan seterusnya haruslah lebih besar daripada rumah pertama. Hal ini untuk menekan peluang investasi para spekulan di properti agar harga terkendali, dan ekonomi secara makro tidak cepat panas.
Namun hal itu tidak terdengar lagi kelanjutannya.
Anda Berminat Investasi Properti?
Jika Anda mempunyai kelebihan uang yang terbatas dan merencanakan untuk berinvestasi di sektor properti, boleh-boleh saja. Menurut beberapa pakar bisnis, untuk meningkatkan assets dan laba secara optimal, maka kita harus mengkombinasikan bisnis dengan properti. Bisnis tetap jalan seperti biasa, memberikan laba usaha. Tapi Anda juga harus membeli properti untuk menunjang bisnis Anda. Belilah properti dengan cara KPR dan dengan angsuran sesuai dengan kemampuan kita. Bila KPR sudah lunas dan harga properti kita sudah naik tinggi, mintalah kembali pembiayaan modal kerja kepada bank namun dengan plafond kredit yang jauh lebih tinggi. Tambahan modal kerja bank yang lebih besar berarti juga peluang untuk membesarkan bisnis dan laba usaha.
Belilah properti di wilayah yang masih berkembang di masa depannya. Hindari properti yang terkena banjir, dekat dengan kuburan atau saluran listrik tegangan tinggi (SUTET), akan terkena pelebaran jalan / jalan tol, dan akses masuk terbatas serta sulit. Akan merupakan suatu keuntungan jika jalur transportasi umum juga melewati lokasi properti yang akan dibeli, sehingga memudahkan mobilitas para penghuninya. Aspek-aspek feng shui kadang dapat dipertimbangkan, seperti hindari nomor properti 13 (tiga belas), hindari ketinggian properti yang lebih rendah daripada ketinggian muka jalan (terimbas banjir dari limpasan genangan air jalan), hindari rumah tusuk sate (resiko tertabrak mobil yang rem blong).
Namun ada kalanya saat Anda mau masuk ke suatu wilayah properti, harganya sudah terlalu tinggi. Tidak wajar. Atau harga semu. Maka Anda harus kalkulasi ulang secara hati-hati, apakah jika beli properti dengan hutang bank, kemampuan bayar masih masuk untuk masa tenor hutangnya (dan Anda tentunya tidak ingin menjadi budak pekerja keras seumur hidup Anda hanya untuk membayar angsuran KPR itu bukan? Hidup juga harus ada enjoy-nya). Atau jika misalnya Anda sewakan ke pihak ketiga, apakah mudah mencari penyewa dan harga sewanya masih sepadan dengan harga beli properti itu? Atau bila Anda beli lalu buka usaha sendiri di properti itu, apakah Anda yakin tingkat omset dan laba usahanya mampu untuk membantu bayar angsuran bank selama masa tenor (misal 10 tahun)? Perhatikan juga tingkat kompetisi semua sektor usaha saat ini adalah sangat ketat. Satu usaha sukses, maka otomatis akan muncul pengekor lainnya dalam jumlah banyak dan sangat kompetitif.
Atau Anda mungkin akan menjual kembali properti itu dalam waktu singkat setelah harga naik? Yakin kah Anda harga properti itu HARUS naik setelah sekian waktu? Jual-beli properti kadang seperti mencari jodoh. Kadang bisa cepat transaksinya kalau jodohnya bertemu, dan bisa sebaliknya juga, dengan asumsi lokasi dan harga wajar. Suatu properti di lokasi yang bagus dan harga wajar belum tentu akan langsung terjual keesokan harinya setelah Anda pasang iklan hari ini.
Jika hasil analisa dan perhitungan tidak lah masuk, maka sebaiknya pikirkan ulang ide itu. Bisa ditunda, atau cari properti di area lain dimana harganya masih wajar namun juga tetap memperhatikan prospek pengembangan daerah tersebut. Atau investasi di portfolio lain seperti emas, saham, obligasi atau lainnya. Namun kita harus tahu juga bahwa investasi di emas pun juga ada resiko harga turun seperti yang sedang terjadi saat ini.
Laba atau rugi itu bagaikan dua sisi dari sekeping mata uang yang sama.
Namun umumnya investasi di properti cukup aman dan menguntungkan, apalagi jika kita tepat menganalisa prospek daerah-daerah yang akan berkembang sejalan dengan rencana (master plan) pengembangan dari Pemda setempat di Rencana Umum Tata Ruang (RUTR).
Bila Anda tetap 'masuk' membeli properti di harga yang sangat tinggi, bilamana harga properti mengalami 'crash', maka Anda yang akan menanggung resiko itu. Suatu harga bila sudah di titik tertinggi, tidak ada jalan lain kecuali harga itu akan turun kembali. Namun bila harga itu masih di titik yang wajar, potensi harga naik relatif masih ada, dan yang terpenting peluang untuk harga turun / jatuh lebih tipis daripada harga sudah di puncak.
Memang sulit untuk menentukan apakah suatu harga sudah berada di puncak atau masih di titik wajar, apalagi tiap-tiap daerah berbeda-beda standardnya. Untuk itu kita harus 'sedikit' kerja keras mencari informasi kiri-kanan dan beberapa sumber yang dapat diyakini valid tentang transaksi-transaksi properti yang pernah terjadi di situ dari waktu ke waktu. Trend kenaikan harganya bandingkan lah dangan trend kenaikan harga properti lain di sekitar lokasi tersebut.
Itu pun belum tentu menjamin kita tidak akan salah analisa. Kadang ada unsur insting bisnis dan faktor 'luck' yang berperan besar juga di tingkat keberhasilan kita mengeksekusi hasil analisa itu.
Sebuah artikel di situs Yahoo Voices pada tanggal 20 April 2007 berjudul "How You Can Make Wise Investment with a Small Amount of Money" oleh Mrs Reene, merumuskan dengan tepat alinea di atas dengan kalimat sebagai berikut, "The key to making wise investments
with a small amount of money is making sure that you do your research.
Each person has a different situation, and lives with different
circumstances, so what may work for one person may not work for you.
Take the time to investigate thoroughly before you put your money into
anything. Once you have decided where you are going to invest your money
you then need to just sit back and watch it grow"
Wise Investment
Warren Buffet memberikan 5 tips bagaimana melakukan investasi yang bijaksana. Kami coba tulis ulang nasehatnya di sini.
1. Fears in others is an opportunity for you.
Keep your head about you when others decide with fear and you’ll find value at every turn.
2. Invest in what you understand
It doesn’t matter how good a deal you’ve found or how cool an investment opportunity seems. If you don’t understand how it works, steer clear.
You probably have at least one friend who is always rushing from one
“perfect investment opportunity” to the next. Unless you can afford to
burn money in a barrel (which you shouldn’t), steer clear of investments
that you don’t fully understand.
3. Maintain a healty margin
4. Concentrate on long term result
5. Take full responsibility for your investment decisions
Dimana Batas Cukup?
Mempunyai banyak uang memang bikin pusing, bingung mau diputarkan kemana. Tapi tidak mempunyai uang malah lebih pusing lagi. Manusia selalu takut merasa miskin, sehingga seringkali ego dan rasa tamaknya menjadi tujuan dari hidupnya. Mereka berlomba-lomba punya uang banyak, punya properti banyak, punya segalanya serba banyak, yang parahnya kadangkala ditempuh dengan cara-cara ilegal yang merugikan pihak lainnya.
Penyesalan selalu datang terlambat saat mereka dikejar-kejar aparat hukum untuk tindakan ilegalnya. Saat ini developer diwajibkan melaporkan transaksi properti senilai Rp 500 juta ke atas kepada PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan) guna mengurangi peluang 'money laundry' di atas.
Dinas Pajak juga akan memeriksa transaksi keuangan setiap wajib pajak di Indonesia. Bilamana ada transaksi keuangan wajib pajak dimana secara data kemampuan finansiil tidak mampu dibandingkan dengan harga tranksasi, maka wajib pajak siap-siap akan dikirim 'surat cinta' oleh KPP wilayahnya.
Pada saat manusia mati nanti, saya juga sama, kita tidak akan membawa semua properti itu. Kita hanya membutuhkan tanah sekitar 2 x 3 meter sedalam 6 kaki. Bahkan bagi kaum tertentu yang percaya pada kremasi (eco green earth), maka mereka tidak membutuhkan apa-apa lagi.
Selamat sore.
Langganan:
Postingan (Atom)