Jumat, 26 Oktober 2012

ROBERT T KIYOSAKI
(Bangkrut?)








Rober Toru Kiyosaki
Saya pernah sangat mengagumi orang satu ini karena buku-bukunya yang mengajarkan kita untuk menjadi pengusaha. Buku-bukunya seperti 'Rich Dad, Poor Dad', 'Cashflow Quadrant', 'Retire Young, Retire Rich' selalu terngiang-ngiang di kepala saya. Pada masa itu yang terbayang di benak saya adalah bagaimana segera, secepat-cepatnya (karena katanya mudah, dan beberapa buku motivasi yang tersebar seabrek-abrek di toko-toko buku itu menyebutkan untuk menjadi orang yang kaya itu mudah dan cepat) untuk menjadi kaya. Setiap orang bisa menjadi Bill Gates baru. Kredonya yang sangat mashyur, "Jangan bekerja untuk uang, biarlah uang yang bekerja untuk kita." Amin 100%.

FYI, Robert lahir pada 8 April 1947 di Hawaii, Amerika Serikat, dan berprofesi sebagai pengusaha, penulis dan motivator. Robert telah menulis 15 judul buku, dan secara akumulatif telah terjual sebanyak 26 juta unit buku (sumber wikipedia). Sebagian merupakan buku-buku laris (best sellers). Penghasilan Robert dari buku-bukunya cukup besar.  Robert pernah bertugas di korps marinis sebagai pilot pesawat tempur selama perang vietnam. Robert T Kiyosaki keluar dari marinir pada tahun 1974 dan mendapat pekerjaan menjual mesin fotokopi untuk Xerox Corporation. Pada tahun 1977, Kiyosaki memulai sebuah perusahaan yang memperkenalkan dompet "surfer" berbahan nilon dan Velcro untuk pertama kalinya kepada pasar. Perusahaan ini cukup berhasil pada awalnya tapi akhirnya bangkrut. Pada awal 1980-an, Kiyosaki memulai bisnis T-shirt berlisensi untuk Heavy metal band rock. Sekitar 1996-1997 ia meluncurkan CASHFLOW Technologies, Inc yang mengoperasikan dan memiliki merk dagang Rich Dad (dan Cashflow) brand

Tadi malam saya menerima sebuah kiriman dari pesan group di Blackberry Messenger, bahwa Robert T Kiyosaki bangkrut. Awalnya saya tidak percaya, lalu saya buka link berikut ini, http://www.theaustralian.com.au/business/wealth/rich-dad-author-robert-kiyosaki-files-for-bankruptcy/story-e6frgac6-1226494541669  Ternyata benar. Berita itu berjudul "Rich Dad, Poor Dad author Robert Kiyosaki files for bankruptcy". Heran bukan? 

Saya mengecek ke beberapa situs blog melalui google atas kebenaran berita itu. Salah satunya ada berita yang menulsi demikian : "Personal finance guru and author of the New York Times bestseller "Rich Dad, Poor Dad," Robert Kiyosaki, has filed for Chapter 7 bankruptcy protection for one of his companies, Rich Global LLC, after losing a $24 million judgment to Learning Annex. According to the New York Post, Kiyosaki's Rich Global LLC filed for Chapter 7 bankruptcy protection on August 20 after he was ordered to pay nearly $24 million to Learning Annex and its founder/chairman, Bill Zanker. US District Judge Shira A. Scheindlin in April, ordered Rich Global LLC to pay $23,687,957.21 after a jury ruled that Zanker and his firm Learning Annex, were entitled to a percentage of the profits accruing to Rich Global LLC. According to Forbes, Learning Annex was one of Kiyosaki's earliest backers. Kiyosaki's Rich Global LLC reportedly used the platform of Learning Annex for some high profile speaking engagements, including a 2002 appearance at Madison Square Garden and on the Oprah Winfrey show. According to the Daily Mail, US District Court Judge Scheindlin ruled that Learning Annex was entitled to a certain percentage of the profits from the speaking engagements it helped Kiyosaki obtain. The New York Post reports that Zanker said he and his firm were directly responsible for the success of Kiyosaki's book, "Rich Dad, Poor Dad."

Lalu saya dengan beberapa teman berdiskusi tentang hal ini. Lalu muncullah tulisan di blog ini. Saya bagikan pemikiran-pemikiran tersebut dengan pertimbangan baik, bahwa kita hidup di dunia ini sampai Tuhan memanggil kita nanti bukan melulu untuk menumpuk kekayaan setinggi gunung. Ada banyak hal-hal lain yang jauh lebih bermakna bagi kemanusiaan kita. Pada saat kita menghadap Tuhan di alam baka nanti segala uang yang telah kita kumpulkan tidak akan mempengaruhi penilaian Tuhan pada diri kita. Tuhan hanya akan menilai diri kita dari apa yang telah kita lakukan kepada sesama dan dunia dalam paradigma lebih luas.

Ajaran Robert 
Rich Dad, Poor Dad. Sebuah buku yang membahas masalah finansial yang dihadapi banyak orang dikarenakan ajaran keliru orang tua mereka mengenai keuangan, yang juga dialaminya semasa kecil dan remaja. Ayah yang mengajarkan pengetahuan finansial di dalam buku ini disebut Ayah Miskin ("Poor Dad") dan Ayah Kaya ("Rich Dad"). Ayah Miskin yang dimaksudkan oleh Robert adalah ayah kandungnya sendiri yang ia bandingkan dengan ayah temannya yang ia sebut sebagai Ayah Kaya. Ayah kandung Robert adalah seorang guru yang berpendidikan tinggi yang selalu menekankan anak-anaknya untuk giat bersekolah supaya bisa mendapatkan nilai yang bagus di sekolah dan pekerjaan yang terjamin di masa mendatang. Dengan kata lain Ayah Miskin menyarankan agar anaknya menjadi pegawai yang berpenghasilan tinggi, namun tetap bergantung kepada gaji sepanjang hidupnya. Namun berbeda dengan saran Ayah Kaya yang tidak berpendidikan tinggi namun mengajarkan agar anak-anaknya untuk mengambil risiko membangun usaha dan menjadi investor setelah mereka lulus sekolah
Cashflow Quadrant. Kiyosaki membahas apa yang dia sebut kuadran arus kas: kotak yang terdiri dari huruf "E", "S", "B", dan "I." Kuadran arus kas itu sendiri hanya sebuah alat ilustratif untuk menunjukkan perbedaan antara Karyawan, Wiraswasta / Pemilik Bisnis Kecil, Bisnis pemilik (tidak secara langsung terlibat dalam sehari-hari operasi perusahaan), dan Investor. Kiyosaki membahas perbedaan antara konsep dan ide-ide karakteristik dari masing-masing kuadran, khususnya saat mereka berhubungan dengan pendapatan pasif dan pajak.

Hidup adalah Uang?
Tidak ada yang salah dengan buku-buku atau ajaran Robert. Saya, juga beberapa teman mencoba untuk mencoba merintis karir sesuai ajaran Robert untuk berpindah kuadran. Robert mengatakan 'kekurangan uang lah yang merusak manusia, bukannya kelebihan uang." Ternyata memang tidak mudah seperti kata bukunya. Pada praktek di lapangan semua teori itu tampak sangat sulit dijalankan. Kendala dan kendala selalu muncul. Waktu berlalu, usia bertambah, kita menjadi lebih bijaksana dan arif.

Saya teringat kata Gordon Gekko (diperankan oleh aktor Michael Douglas) di film 'Wallstreet' yang disutradarai oleh Oliver Stone, "Greed is Good." Kini saya memandang ucapan itu lebih kepada spirit kapitalisme. Para pemilik modal ingin mendapatkan bunga dan keuntungan berlipat-lipat ganda dalam semalam, kadang dengan mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan. Mereka memberikan target kerja yang amat tinggi dan hampir muskil kepada karyawannya. Tidak peduli orang lain stress tidak dapat tidur berhari-hari. Bahkan ada yang sudah membaktikan diri puluhan tahun, hanya karena gagal memenuhi target kerja dalam setahun, orang tersebut harus keluar. PHK. Monster dan hantu bernama kapitalisme itu tidak peduli bagaimana anak-anak dan istri si korban PHK harus hidup dan makan. 

Coba Anda tonton film 'Glengarry Glen Ross' karya penulis dan sutradara David Mamet, atau baca dan tonton  film 'Death of A Salesman' karya Arthur Miller. Disitu akan terlihat sisi gelap sebuah motivasi. Di film 'Glengarry Glen Ross' karakter motivator Blake yang diperankan oleh aktor Alec Baldwin begitu menekan dan 'membunuh' semua tenaga marketing sebuah perusahaan property. Pilihannya, berprestasi atau di-PHK. Bahkan dilarang minum kopi, sebelum deal dengan clients. Kata Blake, "Coffee is just for closers." Korbannya selalu tertekan, bahkan di film 'Death of A Salesman' karakter utama Willy Loman (diperankan oleh aktor Dustin Hoffman) sampai bunuh diri. Sadis.

Kadang saya berpikir dunia menjadi timpang dengan survive-nya kapitalisme dan ambruknya sosialisme. Tidak semua sosialisme buruk, China buktinya, saat ini ekonomi China luar biasa! Ekonomi Jepang sudah terlewati oleh China. Amerika Serikat sebagai suatu negara super power bahkan sudah berhutang kepada China. Lihat bangunan-bangunan pencakar langit yang memenuhi kita Shanghai, siapa yang bilang sosialisme menyengsarakan rakyatnya? Lihat dan tanyakan kepada warga China, apakah mereka menderita menjadi warga China? Kini kita memandang segala sesuatunya lebih kritis, tidak seperti semasa kita sekolah di era Orde Baru dimana segalanya serba indoktrinasi. Sejarah cuma dilihat dari satu sisi saja, dan celakanya untuk kepentingan sisi penguasa saja.

Kini saya memandang hidup bukanlah melulu masalah bagaimana untuk menjadi kaya raya seperti Paman Gober dalam buku komik Donald Bebek. Hidup manusia menjadi lebih bermakna, karena kita mengisinya dengan hal-hal yang berarti kepada orang-orang di sekitar maupun pada manusia secara universal. Tidak ada yang salah dengan etos kerja keras dan buku-buku motivasi itu. Silahkan saja. Tetapi kita harus ingat batas-batas kita, dan melakukannya dengan etika moral yang kuat. Banyak orang yang kalap terprovokasi buku-buku jenis itu, lalu tega melakukan hal-hal illegal sampai korupsi demi uang. Korupsi dimana-mana, aparat hukumnya sendiri ikut korupsi. Koruptor yang tertangkap cuma dihukum 2 - 3 tahun, lalu dibebaskan bersyarat setelah menjalani 2/3 masa tahanan (minimal 9 bulan). Rusak. Mari lakukan pekerjaan kita dengan sebaik-baiknya dengan cara yang 'lurus', dan biarlah Tuhan yang membimbing kita. 

Kalau kita menonton televisi, acaranya penuh dengan cerita orang-orang sukses. Kalau kita ke toko-toko buku, rak pajangannya penuh dengan buku-buku motivasi yang mengajarkan kita segera keluar dari pekerjaan kita untuk terjun menjadi pengusaha sukses dan kaya raya. Penerbit di Indonesia juga banyak yang tunduk pada selera pasar (lha wong bisnis koq ya? hehe...), tidak ada idealisme, dan selalu menerbitkan buku-buku yang celakanya selalu laris seperti itu. Banyak pembaca yang rindu untuk menjadi kaya raya, mimpi indah, lalu berani memborong buku-buku itu. Kadang sampai mengorbankan jatah makannya sendiri. Saya sering merasa malu dan minder jika melirik buku-buku jenis itu, karena terus terang saya merasa jauh dari ekspektasi mereka. Saya manusia biasa-biasa saja yang tidak tertarik untuk menjadi Bill Gates atau Carlos Slim baru. Saya cuma manusia biasa yang mencoba untuk hidup tetap 'lurus' dan bermakna bagi orang-orang di sekitarnya. Tidak muluk-muluk. Mungkin cita-cita saya tidak digantung di langit (sakit kalau jatuh dari langit). Saya cuma ingin naik anak tangga 'step by step' saja. Hidup bagai air mengalir. Di sisa hidup saya yang mungkin beberapa puluh tahun ke depan, saya cuma ingin berbagi hidup dan kebahagiaan dengan orang-orang terdekat (keluarga dan teman-teman) saya saja. Saya mungkin tidak bisa merubah dunia, tapi saya mungkin dapat membangun lingkungan terkecil saya menjadi lebih baik lagi, sehingga menjadi suatu kontribusi untuk merubah dunia suatu saat nanti.

Panutan Lain
Banyak panutan lain di dalam kehidupan ini yang memebri contoh bahwa manusia dapat sukses dalam kadar kemanusiaannya tanpa harus menjadi kaya raya. Sebutlah Bunda Teresa, Mahatma Gandhi, atau Martin Luther King. Mereka sudah merubah dunia dengan caranya yang khas dan luar biasa. Tanpa uang dan kaya raya. Tanpa kemaruk.
  
Hidup memang berat, tekanan-tekanan makin kuat setiap hari. Ekspektasi lingkungan sosial terhadap pencapaian kita selalu makin meningkat. Teman sekantor promosi, kita juga dituntut untuk harus promosi. Tetangga makin kaya dan sukses, maka secara tidak langsung kita juga dituntut untuk menyamai atau bahkan melebihi sang tetangga. Apakah setiap keberhasilan orang lain kita juga harus mengalahkannya? Setiap kesuksesan ada harganya. Di balik setiap kesuksesan, ada banyak cerita sedih di baliknya. Pesan moral saya adalah jangan mudah iri atau dengki kepada keberhasilan orang lain. Biar saja. Orang yang kemarin sukses, hari ini sedang membayar harga kesuksesannya. Orang yang sukses hari ini, besok akan pusing. Kita hidup dalam kerangka 'eling dan waspada' seperti petuah Ronggowarsito.

Bersyukurlah atas apa yang telah kita capai dalam hidup ini. Ada banyak cara sehingga hidup kita bisa bahagia dan tersenyum. It's a wonderfull world, kata Louis Amstrong.



Life is precious
Hidup manusia singkat. Hitung mundur sudah dimulai. Ada 4 cara menghitung waktu.

1. Cara Penjumlahan
Kalau hari ini kita berumur 17 tahun, maka tahun depan umur kita akan bertambah 1 tahun menjadi 18 tahun. Ini adalah cara menghitung umur yang paling sederhana, paling sesuai bagi anak kecil.

2. Cara Pengurangan
Setelah semakin sering berulang tahun, akhirnya kita sadar bahwa setiap kali ulang tahun, sebenarnya umur kita bukannya bertambah, tapi berkurang! Setiap kali ulang tahun maka sisa umur kita semakin sedikit, kita semakin dekat pada akhir hayat. Orang yang sudah menyadari bahwa sisa hidupnya makin hari makin sedikit
adalah orang yang sudah dewasa.

3. Cara Perkalian
Setelah sadar bahwa umur kita terus berkurang, maka kita hrs tahu cara menghitung waktu yang ke-3 yaitu bagaimana caranya melipatgandakan waktu yang kita miliki. Misalnya saat kena macet di jalan, kita membaca buku (bisa dong kalo punya supir). Ini adalah contoh bagaimana kita melipatgandakan waktu. Prinsipnya adalah dalam waktu yang sama, kita memperoleh lebih banyak. Cara ke-3 ini adalah cara yang dipakai oleh orang-orang yang paling pandai di seluruh dunia. Mereka memikirkan bagaimana agar dalam hidup yang singkat bisa melakukan produktifitas yang lebih besar, bisa memperoleh sebanyak mungkin. Kalau kita berhasil memahami cara menghitung waktu yang ketiga maka kita adalah orang pandai! Tapi kita belum bisa dikatakan sebagai orang yang bijaksana bila belum mengerti cara menghitung waktu yang ke-4.

4. Cara Pembagian
Setelah berhasil melipatgandakan waktu yang kita miliki & mendapat begitu banyak hal dalam hidup kita, maka yang harus kita lakukan kemudian adalah membagikannya. Kalau kita mendapat banyak ilmu, sebarkan semua sebelum mati, kalau kita mendapat banyak harta, bagikan semua sebelum ajal menjemput. Seorang filsuf berkata, "orang yang mati dalam keadaan kaya adalah orang yang paling bodoh"

Maksudnya, uang itu buat apa? Kan tidak bisa dibawa mati bukan? Memang sudah menjadi tugas kita untuk membagikan semua berkat yang pernah kita peroleh kepada orang lain. Dengan memahami cara menghitung waktu yang keempat, maka hidup kita menjadi bermakna. Maka kita tak akan menyesal kapan pun kita harus mati.


  

"Don't Worry, Be Happy" (Bobby McFerrin)

Here's a little song I wrote
You might want to sing it note for note
Don't worry, be happy
In every life we have some trouble
But when you worry you make it double
Don't worry, be happy
Don't worry, be happy now

Don't worry, be happy, Don't worry, be happy
Don't worry, be happy, Don't worry, be happy

Ain't got no place to lay your head
Somebody came and took your bed
Don't worry, be happy
The landlord say your rent is late
He may have to litigate
Don't worry, be happy
Don't worry, be happy

Don't worry, be happy, Don't worry, be happy
Don't worry, be happy, Don't worry, be happy



Maaf, kalau ada yang tidak setuju. Selamat pagi jelang siang semuanya. Life is precious, right? Thanks Bros and Sis'  :)


3 komentar:

Peri Irawan mengatakan...

Thanks Sobat atas artikelnya...,

Percikan Permenungan mengatakan...

Sama-sama, Mas Peri Irawan. Thx for stopping by at my blog, hoping that usefull for you :)

Papoyz mengatakan...

isi artikelnya benar-benar bagus